Senin, 27 Januari 2014

budidaya belut


Cara Budidaya Ternak Belut

Belut merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat digemari banyak orang saat ini, dahulu di tahun 60-an masyarakat hanya mengenak belut sawah atau belut liar, sehingga sangat sulit untuk dapat mengkonsumsi belut setiap hari. Saat ini sudah sangat banyak orang yang membudidayakan belut ini sehingga belut dengan mudah dapat dijumpai di pasar. Budidaya belut ternyata tidak sulit, dan tidak membutuhkan lahan yang luas, dengan media tong saja belut sudah dapat dibudidayakan dalam jumlah yang besar. 
Budidaya belut lebih mudah daripada memelihara ikan, apakah itu sebagai ikan ternak ataupun hanya sekedar ikan peliharaan. Saat ini hanya masalah bibit saja yang menjadi kendala utama dalam budidaya belut, sulitnya mendapatkan bibit ini juga membatasi jumlah peternak belut saat ini. Bibit belut ini dapat diambil langsung di alam atau bisa juga dibeli di pembibitan belut. Namun pembibitan belut secara komersil saat ini sanagt sulit ditemukan, bahkan mungkin belum ada di daerah anda. 

Lokasi ideal budidaya belut   
Belut dapat dipelihara di semua jenis daerah, baik dataran tinggi maupun rendah, baik daerah dengan curah hujan tinggii maupun curah hujan rendah. Hal ini wajar saja karena padi bisa tumbuh di semua daerah, setiap ada sawah yang bisa ditumbuhi oleh padi maka daerah itu kemungkina besar dapat dijadikan sebagai lokasi budidaya belut. Begitu juga dengan kondisi air, syarat budidaya belut hanyalah terdapat air bersih dalam artian bersih dari pencemaran limbah pabrik, pestisida dan detergen. Suhu 25-31°C adalah suhu terbaik untuk membudidayakan belut. Kondisi air yang bersih ini terutama untku anak belut atau sering disebut dengan bibit, ukuran bibit yang baik antara 1 – 2 cm. ketika belut sudah tumbuh dewasa maka kondisi air tidak lagi menjadi masalah karena umumnya belut dewasa dapat hidup di air yang keruh (akibat lumpur).

Berikut ini bahan-bahan yang diperlukan untuk budidaya belut secara sederhana:
Wadah kedap air, seperti tong, plastik yang berupa wadah, bak semen kolam tanah yang dilapisi plastik dan sebagainya. Untuk ukuran itu bergantung pada jumlah / populasi belut yang akan anda budidayakan, minimal kedalaman bak / wadah 60 cm.
·         Tanah lumpur/ lumpur sawah.
·         Pelapah pisang
·         Jerami
·         Pupuk kandang (kuda, sapi, kerbau, dsb.)
·         Bambu
·         Air
·         Peralatan kerja seperti cangkul dll

Cara memulai budidaya belut                    
Isi bak atau wadah dengan lumpur setebal 10 cm selanjutnya letakkan jerami diatasnya setinggi 10 cm juga selanjutnya diatas tumpukan jerami isi dengan pelepah pohon pisang yang sudah dicincang (sebaiknya pelepah yang sudah layu) ini juga 10 cm, diatasnya isi dengan pupuk kandang juga 10 cm. Selanjutnya diatas pupuk kandang tersebut taburi lagi dengan lumpur kurang lebih 5 cm lagi. Isi air usahakan lapisan atas miring dan yang terendam air hanya 2/3 bagian saja bagian yang tidak terendam akan menjadi tempat belut bertelur.      
Dalam budidaya belut ini kualitas air harus sangat diperhatikan apalagi di awal kita memasukkan bibit belut ke wadah budidaya, saat itu air yang digunakan harus benar-benar bersih, bahkan tidak dianjurkan menggunakan air PDAM yang mengandung kaporit. Sebaiknya untuk awal budidaya ini gunakan air sungai atau sawah yang bersih dari detergen dan pestisida. Kualitas air menjadi faktor utama keberhasilan dalam busidaya belut ini.

BUDIDAYA BELUT SAWAH UNTUK KONSUMSI

Budidaya belut memang belum banyak dilakukan secara kultur di kolam-kolam karena belut dianggap kurang diminati konsumen. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kini belut sudah banyak dilirik oleh pelaku agribisnis. Pada artikel pendek ini, hanya akan dibahas budidaya belut sawah untuk konsumsi,
dengan masa budidaya selama 2-3 bulan.
Deskripsi Belut Sawah
Tubuh belut sawah berbentuk bulat panjang seperti ular, tetapi tidak memiliki sisik. Belut sawah memiliki sirip punggung serta sirip dubur. Sirip-sirip tersebut berbentuk lipatan-lipatan kulit tanpa jari sirip.
Belut sawah tergolong binatang hermaprodit protogyni. Daur hidupnya dimulai dari masa juvenil (hermaprodit), berkembang menjadi belut betina, selanjutnya masuk dalam masa inter-sex, kemudiian berkembang lagi menjadi belut jantan.

Sistematika belut sawah :
Kingdom       Animalia
Sub-kingdom  Metazoa
Phyllum          Chordata
Sub-phyllum   Vertebrata (Craniata)
Class               Pisces
Sub-class       Teleostei
Ordo              Synbranchoidea
Familia           Synbranchidae
Genus            Monopterus
Species         Monopterus albus

Lingkungan hidup belut sawah
Belut sawah hidup di daerah persawahan dan parit-parit sawah. Belut sawah hidup di daerah lumpur atau tanah becek sampai kedalaman berkisar 10 cm dengan cara menggali lubang seperti terowongan berliku dengan pola sarang menyerupai huruf U. Belut sawah menyukai media dingin sebagai tempat tinggalnya. Suhu optimal saat budidaya belut sawah berkisar antara 21 – 27 0C. Apabila mengalami kenaikan temperatur air, maka belut sawah akan meninggalkan tempat tersebut. Belut sawah mampu hidup di perairan dengan kandungan oksigen terlarut rendah, karena belut sawah selain bernapas menggunakan insang juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa lipatan-lipatan kulit tipis dalam rongga mulutnya.

Kandungan gizi belut sawah per 100 gram
Belut selain rasanya enak dan banyak mengandung vitamin, juga mengandung kalori tinggi. Dalam 100 gram belut, mengandung kalori 303 gram, protein 14 gram, lemak 27 gram, kalsium 0,02 gram, besi 0,001 gram, vitamin A 1,6 gram, vitamin B1 0,0001 gram, vitamin C 0,002 gram serta mengandung air 58 gram. 

BUDIDAYA BELUT SAWAH
Budidaya belut sawah tidak diperlukan persyaratan khusus seperti budidaya ikan lainnya. Budidaya belut sawah dapat dilakukan pada kolam kecil maupun besar. Bagian dasar dan dinding kolam sebaiknya dibuat permanen.       

Bak Budidaya Belut Sawah
Bak yang digunakan untuk budidaya belut sawah berukuran panjang 3m, lebar 1 m, kedalaman 1,2 m dimana sedalam 0,7 m berada dalam tanah, tujuannya agar media bak selalu dalam keadaan dingin.          

Media Budidaya Belut Sawah
Media budidaya belut sawah disusun dari bawah ke atas meliputi lumpur sawah, jerami, pupuk kandang fermentasi, pelepah pisang, dedak halus, lumpur sawah. Susun media tersebut tersusun hingga ketebalan 40 cm. Setelah tersusun media digenangi dengan air dengan ketinggian 60 cm dari dasar kolam, selama kurang lebih 1 bulan. Tujuannya agar proses pelapukan berjalan sempurna. Sesekali dilakukan penggantian air agar media memperoleh oksigen terlarut cukup. Disamping itu penggantian air juga bertujuan untuk menghilangkan buih-buih hasil pelapukan. Untuk mengontrol apakah proses pelapukan sudah sempurna atau belum dapat dilakukan dengan memasukkan jentik-jentik nyamuk dalam media. Apabila jentik-jetik nyamuk tersebut mati, berarti proses pelapukan belum sempurna.        
Setelah bak beserta medianya budidaya belut sawah selesai dipersiapkan dan dinyatakan proses pelapukan sudah sempurna, maka penebaran belut dapat dilakukan.     

Budidaya Belut Tahap I
Pada budidaya belut tahap I, benih yang ditebar berukuran 5 – 8 cm dengan padat penebaran 150 ekor/m2. Setelah dua bulan dipelihara benih belut sudah berukuran 15 cm. Belut siap dikonsumsi sebagai belut kering (goreng tepung) atau dipelihara pada pemeliharaan tahap II. Belut ukuran ini sangat sulit ditangkap karena sudah bisa membenamkan diri dalam lumput. Cara penangkapannya dengan memasang perangkap (bubu) yang dipasang berderet sebelum pengeringan.

Budidaya Belut Tahap II
Pada budidaya belut tahap II, benih yang ditebar adalah hasil dari budidaya belut tahap I, yaitu belut ukuran 15 cm dengan padat penebaran 25 ekor/m2. Untuk membantu pertumbuhan, perlu diberikan pakan tambahan berupa cacing tanah, bekicot, atau sisa-sisa dapur. Setelah dua bulan, belut sudah berukuran 25 – 20 cm. Belut ukuran ini siap untuk dikonsumsi, selain itu juga paling banyak dicari konsumen.        

Pakan Pada Budidaya Belut Sawah
Budidaya belut sawah dalam jangka waktu kurang dari 4 bulan tidak memerlukan pakan tambahan karena belut sudah cukup memperoleh makanan dari media yang dibuat. Tetapi untuk menjunjang pertumbuhannya, pemberian pakan tambahan seperti di atas bisa dilakukan. Pemberiannya jangan berlebihan. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai jenis, kuantitas, serta kualitas pakan belut sawah.  

Panen Belut
Panen belut sawah dilakukan dengan mengambil lumpur media budidaya belut. Dengan pengambilan lumpur, maka belut akan merasa terancam, dan menyingkir ketempa lain yang lebih aman. Setelah lumpur habis maka belut sawah tinggal diambil untuk dipindahkan ke wadah penampungan.



Budidaya belut sebenarnya sangat mudah sekali tidak sesulit seperti budidaya ikan, baik sebagai ikan peliharaan maupun sebagai ikan ternak. Permasalahan utama dalam budidaya belut adalah terdapat pada masih sulitnya pengadaan benih atau penyediaan bibit. 
Kebutuhan ini bisa didapat langsung dari alam atau membeli di tempat pembibitan. Untuk pembibitan belut secara buatan sampai sekarang belum terdapat di Indonesia, sehingga penyediaan benih atau bibit secara langsung masih tergantung pada keberadaan belut di alam.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam rangka budidaya belut adalah :
A. Persyaratan Lokasi Budidaya Belut
Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
Suhu udara optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31°C.
Prinsipnya kondisi perairan adalah air harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit atau benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

B. Bahan yang diperlukan dalam budidaya belut
Sediakan wadah yang kedap air yang terbuat dari bak beton, batu bata, bambu semen atau ferrocement, drum atau bahan lain yang memungkinkan. Ukuran bak dapat bervariasi, tergantung kebutuhan. Misalnya saja 2 x1 x 1 meter. Dalamnya bak yang baik antara 0,8 – 1 meter, sedangkan minimumnya 0,60 meter.

Bahan dan alat yang diperlukan adalah :
1. Tanah yang berstruktur lumpur, persis seperti tanah sawah.          
2. Jerami         
3. Pelapah pisang       
4. Bambu        
5. Pupuk kandang (kuda, sapi, kerbau, dsb.) 
6. Air  
7. Cangkul, parang, 

C. Media Budidaya belut
            Mula-mula dasar bak diisi tanah lumpur setebal 10 cm, kemudian di atasnya ditaruh jerami yang sudah lapuk setebal 10 cm. Lapisan selanjutnya adalah pelepah pohon pisang yang sudah layu dipotong-potong setebal 10 cm. Kemudian diberi pupuk kandang setebal 10 cm sebagai lapisan ketiga. Pupuk yang dipakai sebaiknya yang sudah jadi. Taburkan lagi di atasnya tanah lumpur setebal 5 cm secara merata. Lapisan paling atas dibentuk miring, sehingga bagian yang terendam air hanya 2/3 bagian saja. Bagian yang tidak terendam air adalah tempat bertelur belut. Ketebalan lapisan keseluruhan sebaiknya 50-60 cm. 

D. Kolam Budidaya belut
Kolam budidaya belut tidak perlu luas. Cukup dibangun antara 10-20 meter persegi saja. Sebelum kolam dipergunakan, dasar-dasar tepian kolam sebaiknya dicangkul dulu selebar satu meter dari pematang agar nantinya mudah membentuk lumpur. Perlumpuran akan mempermudah belut mengali lubang perkawinan. Tapi sebelum peternakan ini diairi, terlebih dahulu harus diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 30 kg untuk kolam seluas 10 meter persegi.
Sebelum air dimasukkan, saluran pemasukan air diamankan terlebih dahulu dengan diberi saringan yang kedap guna menghindari kepergian belut dari kolam. Air dialirkan sampai kedalaman 20 cm di bagian terdalam, dan 15 cm di bagian terdangkal. Sehingga wujud kolam seperti sawah. Lumpur yang harus dibentuk, paling dangkal 15 cm atau lebih, karena dalam masa perkawinan belut jantan suka menggali lubang 10 cm ke bawah lalu membengkok lurus datar, selanjutnya kembali ke atas. Lubang perkawinan ini akan berbentuk huruf “U”. Pastikan air yang menggenangi kolam selalu dalam keadaan mengalir.            
Gunakanlah air tawar yang tidak mengandung soda (bekas sabun, deterjen), tidak mengandung racun (pestisida) atau minyak. Contohnya air sungai, air ledeng, dan air sisa dapur yang tidak mengandung sabun.





Budidaya Ternak Belut Cara Modern Terbaru

ternak belut modern
Budidaya Ternak Belut Cara Modern Terbaru.  Belut sudah lama menjadi tren kuliner di berbagai resto modern. Bahkan di Singapura dan Jepang belut sangat diburu oleh konsumen. Selain mempunyai protein tinggi, belut mengandung omega yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan otak.
Budidaya Ternak belut sebenarnya tidak terlalu sulit. Waktu panennya juga bisa dipersingkat dari 7 bulan menjadi 4 bulan, tergantung pada penanganan pakan dan media. Secara ringkas, teknis budidaya dan pemeliharaan belut hanya memerlukan perhatian pada memilih lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih,penetasan, pakan serta hama.

Kolam Budidaya Ternak Belut

Kolam budidaya ternak belut terbagi menjadi 4 yaitu :
1.      Kolam pemijahan : berfungsi untuk mengawinkan induk belut yang sudah terpilih.
2.      Kolam pendederan : berfungsi untuk menampung dan membiakkan benih belut yang berukuran 1-2 cm.
3.      Kolam belut remaja : berfungsi untuk menampung dan membiakkan belut yang berukuran 3-5 cm.
4.      Kolam belut konsumsi : terbagi menjadi 2 tahapan yang masing – masing tahapan membutuhkan waktu 2 bulan. Tahap pertama pemeliharaan belut dari ukuran 5-8 cm menjadi ukuran 15-20 cm. Tahap kedua pemeliharaan belut dari ukuran 15-20 cm menjadi 30-40 cm.

Bangunan Kolam Budidaya Ternak Belut

Bangunan jenis-jenis kolam Ternak belut secara umum relatif sama, hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
1.      Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m 2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m 2 . Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m 2. Untuk kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m 2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
2.      Pembuatan kolam belut sebaiknya dengan bak dinding yang disemen tapi dasar kolam dibiarkan tanah tanpa diplester.
3.      Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong lapisan pertamanya diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), barulah air dialirkan ke dalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut dilepaskan ke dalam kolam.
·         Baca Juga: Potensi dan Analisa Bisnis Kerajinan Bambu

Pemijahan dalam Budidaya Ternak Belut

1.      Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
2.      Untuk kolam seluas 1 m2 diisi satu set indukan (1 ekor jantan dan 2 ekor betina). Waktu pemijahan belut diperkirakan berlangsung selama 10 hari setelah itu baru telur dari belut menetas. Telur akan menetas dan dalam waktu 5-8 hari dan belut berukuran 1,5 – 2,5 cm. Dengan ukuran tersebut, bibit belut diangkat dan ditempatkan pada kolam pendederan untuk untuk di pelihara selama 1 bulan untuk mencapai ukuran 5-8 cm.

Penyiapan Budidaya Ternak Belut

1.      Bibit belut yang layak dan siap dipelihara adalah bibit yang sudah berukuran 5-8 cm. Biasanya sudah berumur sekitar 4 bulan, melalui 2 tahap dengan masing –masing tahapan selama 2 bulan.
2.      Bibit bisa diperoleh dari bak / kolam pembibitan yang telah atau bisa juga bibit diperoleh dari peternak pembibit yang lain.
3.      Perlakuan dan perawatan bibit, dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Caranya dengan pengairan yang bersih, lebih baik lagi apabila bibit tersebut berada pada air yang mengalir.

Pemeliharaan dan Pembesaran dalam Budidaya Ternak Belut

1.      Pemupukan
Gunakan jerami yang sudah lapuk, berfungsi untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama
2.      Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar (belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3.      Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.


Demikian info singkat mengenai cara budidaya ternak belut. Namun yang harus dipahami dalam bisnis ternak belut adalah pengalaman dalam pemeliharaan seringkali akan lebih memberikan pengetahuan baru dibanding teori. Selain itu, pastikan pasar dan sistem marketing yang akan digunakan untuk memasarkan. Jangan sampai usaha ternak belum yang sudah menyita waktu dan tenaga akan dibeli dengan murah oleh para tengkulak.


Sentra budidaya belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta & di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
Jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah & belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yg sering dijumpai adalah jenis belut sawah.

·         Kualitas air utk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terkemudian keruh & tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, & minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
·         Suhu udara/temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
·         Scr klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim & geografis yg spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dpt berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dgn kelembaban & curah hujan tidak ada batasan yg spesifik.
·         Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yg harus bersih & kaya akan osigen terutama utk bibit/benih yg masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan utk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air & dpt hidup di air yg keruh.
Pedoman Teknis Budidaya Belut

1.        Penyiapan Sarana & Peralatan
·         Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (utk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (utk belut ukuran 3-5 cm) & kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yg masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu utk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm & utk pemeliharan belut dgn ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
·         Pembuatan kolam belut dgn bahan bak dinding tembok/disemen & dasar bak tidak perlu diplester.
·         Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yg sekemudian ada, alat penangkapan yg diperlukan, ember plastik & peralatan-peralatan lainnya.
·         Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik spt pupuk kandang, sekam padi & jerami padi. Caranya kolam yg masih kosong utk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dgn pupuk kandang setebal 10 cm, kemudian diatasnya lagi ditimbun dgn ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedlm kolam scr perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dgn demikian media dasar kolam sdh selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dlm kolam.     
Bangunan jenis-jenis kolam belut scr umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas & daya tampung belut itu sendiri.

      Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m 2 . Utk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m 2 . Utk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m 2 . & utk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m 2 . Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m 2 , hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
2.        Penyiapan Bibit Belut
1.        Menyiapkan Bibit Belut
·         Anak belut yg sdh siap dipelihara scr intensif adalah yg berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dlm 2 tahapan dgn masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
·         Bibit dpt diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau dpt juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yg ada di alam.
·         Pemilihan bibit dpt diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yg dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm & belut jantan berukuran ± 40 cm.
·         Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dgn kapasitas satu ekor pejantan dgn dua ekor betina utk kolam seluas 1 m 2 . Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. & setelah menetas umur 5-8 hari dgn ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dlm ukuran ini belut segera diambil utk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dgn ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dgn ukuran ini anak belut sdh dpt diperlihara dlm kolam belut utk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
2.        Perlakuan & Perawatan Bibit Belut   
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dlm hal ini benih diperlakukan dgn secermat mungkin agar tidak bnyk yg hilang. Dgn perairan yg bersih & lebih baik lagi apabila di air yg mengalir.
3.        Pemeliharaan Pembesaran
·         Pemupukan
Jerami yg sdh lapuk diperlukan utk membentuk pelumpuran yg subur & pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
·         Pemberian Vaksinasi
·         Pemeliharaan Kolam & Tambak        
Yg perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar & dlm kolam tidak beracun.
·         Pemberian Pakan        
Bila diperlukan dpt diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yg diberikan setiap 10 hari sekali.
Hama & Penyakit Belut
Ada beberapa jenis hama dan penyakit yang sering meneyang belut. Berikut adalahhama dan penyakit pada belut tersebut
1.        Hama Belut

·         Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yg langsung mengganggu kehidupan belut.
·         Di pekarangan, terutama yg ada di perkotaan, hama yg sering menyerang hanya katak & kucing. Pemeliharaan belut scr intensif tidak bnyk diserang hama.
·         Di alam bebas & di kolam terbuka, hama yg sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air & ikan gabus.
2.        Penyakit Belut           

Penyakit yg umum menyerang adalah penyakit yg disebabkan oleh organisme tingkat rendah spt virus, bakteri, jamur, & protozoa yg berukuran kecil.
Panen Belut    
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
·         Berupa benih/bibit yg dijual utk diternak/dibudidayakan.
·         Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yg siap dijual utk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dgn permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan belut sama spt menangkap ikan lainnya dgn peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dgn pancing atau kail & pengeringan air kolam shg belut tinggal diambil saja.


Budidaya belut tidak sesulit seperti budidaya ikan, baik sebagai ikan peliharaan maupun sebagai ikan ternak. Masalah penting dalam budidaya belut adalah terdapat pada masih sulitnya pengadaan benih atau penyediaan bibit. Kebutuhan ini dapat diperoleh langsung dari alam atau membeli di tempat pembibitan. Pembibitan belut secara buatan sampai sekarang belum terdapat di Indonesia, sehingga penyediaan benih atau bibit secara langsung masih tergantung pada keberadaan belut di alam.
Langkah-langkah yang perlu dicermati dalam budidaya belut adalah:
A. Persyaratan Lokasi
1.     Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2.     Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3.     Suhu udara optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31°C.
4.     Prinsipnya kondisi perairan adalah air harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit atau benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
B. Bahan yang diperlukan
Sediakan wadah yang kedap air yang terbuat dari bak beton, batu bata, bambu semen atau ferrocement, drum atau bahan lain yang memungkinkan. Ukuran bak dapat bervariasi, tergantung kebutuhan. Misalnya saja 2 x1 x 1 meter. Dalamnya bak yang baik antara 0,8 – 1 meter, sedangkan minimumnya 0,60 meter.

Bahan dan alat yang diperlukan adalah:
1. Tanah yang berstruktur lumpur, persis seperti tanah sawah.
2. Jerami
3. Pelapah pisang
 
4. Bambu
 
5. Pupuk kandang (kuda, sapi, kerbau, dsb.)
 
6. Air
 
7. Cangkul, parang,
C. Media Budidaya
Mula-mula dasar bak diisi tanah lumpur setebal 10 cm, kemudian di atasnya ditaruh jerami yang sudah lapuk setebal 10 cm. Lapisan selanjutnya adalah pelepah pohon pisang yang sudah layu dipotong-potong setebal 10 cm. Kemudian diberi pupuk kandang setebal 10 cm sebagai lapisan ketiga. Pupuk yang dipakai sebaiknya yang sudah jadi. Taburkan lagi di atasnya tanah lumpur setebal 5 cm secara merata. Lapisan paling atas dibentuk miring, sehingga bagian yang terendam air hanya 2/3 bagian saja. Bagian yang tidak terendam air adalah tempat bertelur belut. Ketebalan lapisan keseluruhan sebaiknya 50-60 cm.
Skema kolam budidaya belut dapat dilihat sebagai berikut:



D. Kolam Budidaya
Kolam budidaya belut tidak perlu luas. Cukup dibangun antara 10-20 meter persegi saja. Sebelum kolam dipergunakan, dasar-dasar tepian kolam sebaiknya dicangkul dulu selebar satu meter dari pematang agar nantinya mudah membentuk lumpur. Perlumpuran akan mempermudah belut mengali lubang perkawinan. Tapi sebelum peternakan ini diairi, terlebih dahulu harus diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 30 kg untuk kolam seluas 10 meter persegi.
Sebelum air dimasukkan, saluran pemasukan air diamankan terlebih dahulu dengan diberi saringan yang kedap guna menghindari kepergian belut dari kolam. Air dialirkan sampai kedalaman 20 cm di bagian terdalam, dan 15 cm di bagian terdangkal. Sehingga wujud kolam seperti sawah. Lumpur yang harus dibentuk, paling dangkal 15 cm atau lebih, karena dalam masa perkawinan belut jantan suka menggali lubang 10 cm ke bawah lalu membengkok lurus datar, selanjutnya kembali ke atas. Lubang perkawinan ini akan berbentuk huruf “U”. Pastikan air yang menggenangi kolam selalu dalam keadaan mengalir. 

Gunakanlah air tawar yang tidak mengandung soda (bekas sabun, deterjen), tidak mengandung racun (pestisida) atau minyak. Contohnya air sungai, air ledeng, dan air sisa dapur yang tidak mengandung sabun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar